Mutmainah Politisi Nasdem, Calon Wakil Wali Kota Bima 2024, Perempuan, Politik jalan Perubahan -->
Cari Berita

Free Space 970 X 90px

Mutmainah Politisi Nasdem, Calon Wakil Wali Kota Bima 2024, Perempuan, Politik jalan Perubahan

Kamis, 21 November 2024

Hj. Mutmainah Politisi Nasdem, Calon Wakil Wali Kota Bima 2024.

Kota Bima.-Apa jadinya jika perempuan berpolitik, akankah ada perubahan? pertanyaan itu akan mewakili pertanyaan kita bersama, apalagi sebagai perempuan, bahkan siapapun kita dan dimana pun kita berada. Perempuan dan politik dalam kajian – kajian akademik adalah tema yang seksi untuk dibahas. Keterlibatan perempuan dalam dunia politik di belahan dunia manapun selalu dipertanyakan oleh setiap orang, ada yang membenturkan politik dan agama khususnya agama islam, dalam ranah perempuan. Jika kita tidak hati – hati untuk menguraikanya boleh jadi kita akan terjebak pada wilayah yang kontra, namun jika kita dapat menelusurinya lebih jauh dan melihatnya secara komprehensif dan proporsional mungkin saja kita akan pro terhadap perempuan dan politik.


Mengapa perempuan berpolitik, perlukah perempuan berpolitik? Sejumlah pertanyaan lainya selalu saja mengusik kita tentang perempuan dan politik. Memahami antara agama dan politik, serta negara harus dapat kita dudukan dalam porsi yang proposional jika dikaitkan dengan perempuan. Agama tidak melarang berpolitik apalagi negara, bahkan jika kita telusuri sejara kemerdekaan negeri ini adalah buah dari proses dan perjuangan politik. Jika saja perempuan berpolitik dalam ranah agama, sebagai seorang imam sholat bagi kaum laki – laki mungkin ini tidak dibolehkan dalam agama islam, dalam dalam konteks negara siapapun punya hak yang sama untuk berpolitik tanpa harus membedakan jenis kelamin, laki – laki dan perempuan jika itu diatur dalam konstitusi negara.

Negara kita memberikan ruang yang besar untuk perempuan berpolitik, bahkan di dalam parlemen pun keterwakilan perempuan diharapkan dengan porsi 20 %. Dan itu hari masih belum dapat memenuhi kutar tersebut, apalagi di daerah, sangat sedikit perempuan tampil di panggung politik. Kesetaraan warga negara dalam politik menjadi pekerjaan rumah bagi negeri kita. Orientasi politik dalam konteks pilkada, maupun lileg, adalah untuk meraih suara terbanyak dalam pemilihan langsung dan berharap duduk di kursi parlemen dan eksekutif. Meskipun ada hal yang lebih besar yang diperjuangkan dalam politik yaitu mencapai tujuan negara secara umum mencapai kesejahteraan.

Di Setiap moment kontestasi pilkada, bahkan sampai pilpres, jargon perubahan menjadi daya tawar yang sering kita dengar. Perubahan dalam pengertianya merupakan suatu kondisi dimana saat ini kita berada, menuju keadaan yang akan datang yang lebih baik, perubahan adalah keadaan hari ini dan hari esok, keadaan disini dan akan kesana, menuju harapan kenyataan yang lebih baik. Kata kuncinya perubahan adalah keadaan yang lebih baik. Apapun perubahanya asalkan kearah yang lebih baik. Perubahan yang diharapkan seolah menggambarkan bahwa keadaan saat ini dan sebelumnya dirasa kurang baik. Di satu sisi ada jargon politik bagi incabent adalah lanjutkan. Jika saja keadaan di rasa baik oleh masyarakat, mungkin saja perlu dilanjutkan. Namun keadaan sebaliknya apakah yang dilanjutkan penderitaan, demikian adanya diskusrsu yang etrbangun ditengah masyarakat.

Bagi sebagian orang politik adalah jalan perubahan menuju harapan yang lebih baik. Itulah yang ditawarkan oleh politisi muda Nasdem Hj. Mutmainah. Perubahan menjadi harapan bagi masyarakat, untuk lebih baik. Tampil menjadi calon wakil waliKota Bima berpasangan dengan H. Muhammad Rum adalah pilihan politik bagi perempuan muda ini. Hanya sedikit perempuan yang berani mengambil bagian dalam politik. Hemat penulis seharusnya perempuan berperan besar dalam politik, karena jika kita bandingkan suara perempuan terbanyak di negeri ini.

Ada banyak masalah perempuan yang perlu diadvokasi, kesehatan, pendidikan, pelecehan perempuan, masalah hukum dan sosial, perempuan diabaikan. Perempuan sendirilah yang paling tau akan masalahnya, kebutuhanya. Jika seorang perempuan ada dalam posisi pengambil kebijakan bukan tidak mungkin kebijakannya akan berdampak besar bagi perempuan, entah anak perempuan, isteri, saudara perempuan bahkan boleh jadi ibu yang melahirkan kita, itulah mereka perempuan.

Lahir dari keluarga tokoh agama di Bima, Hj Mutmainah memiliki pandangan yang jauh kedepan berani mengambil sikap untuk tampil di panggung politik yang lebih besar.  Sepak terjangnya di politik tidak dapat kita rasakan, karena sebelumnya Mutmainah adalah anggota DPRD Kota Bima dari partai yang mengusung tampil menjadi wakil wali Kota saat ini. Tampilnya di dunia politik adalah bentuk perjuanganya yang lebih besar untuk membawa perubahan Kota Bima yang lebih baik.

Jika kita mengukur kehiduanya secara pribadi dari sisi materi dan status sosial, mungkin sudah cukup bahkan sudah lebih bagi seorang Mutmainah, homestay dan travel umroh cukup bisa menghidupkannya, belum lagi usaha lain yang dikelolanya. Keadaan itu tidak cukup membuatnya berpuas diri. Namun Hj Mutmainah tampil di pentas pilkada Kota Bima, seolah ingin berbuat yang lebih besar untuk Kota Bima, bagi kaum perempuan susunya dan masyarakat Kota Bima pada umumnya. Hj, Mutmainah yang mempopulerkan sarung songket Bima, dengan berbagai aplikasi busan yang ada dan iu di jual di hesty yang dikelolanya. Tokoh – tokoh nasional sering datang menjadi tamu di homestaynya, sebut saja presiden ke 6 Bapak susilo yudhoyono dan bahkan pernah menggunakan baju dari bahan songket Bima.

Di usia yang terbilang muda dan masih produktif, Hj. Mutmainah ingin mendedikasikan dirinya bagi Kota Bima yang AMANAH. Kombinasi pemimpin tua dan muda suatu hal yang positif karena akan menghubungkan dengan konsep – konsep pembangunan daerah antara kebutuhan kaum tua yang diwakili oleh. Muhammad Rum dan kaum muda yang diwakili oleh Hj. Mutmainah. Perubahan harus dimulai dari gagasan yang ditawarkan, sebagai titik awal atau starting point mau kemana kita berubah. Entah dengan cara apa gagasan itu dapat diwujudkan kedepannya itu adalah tugas pemimpin untuk dapat mengarahkan masyarakat/rakyat yang dipimpinnya menuju cita – cita yang di tuju.

Tidak ada yang salah dengan keterlibatan perempuan dalam politik, karena politik menyangkut hajat hidup kita bersama, ada banyak perempuan yang sukses dengan kepemimpinan politiknya, sebut saja Ibu Risma ketika menjadi Wali Kota Surabaya dan ada banyak juga perempuan yang di rasa gagal dalam memimpin daerahnya di tangkap oleh KPK. Namun memilih jalur politik sebagai keputusan hidup tidaklah mudah, karena berpolitik ibarat berjuang merebut hati rakyat untuk memberikan kedaulatanya membawa kepada perubahan yang lebih baik. Harta dan air mata dipertaruhkan dalam politik untuk mewujudkan perubahan, dan itulah yang dilakukan oleh perempuan Hj. Mutmainah, bahwa politik baginya jalan perubahan bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Seharusnya perempuan muda dimanapun berada, entah sebagai siswi dan mahasiswa atau sebagai warga negara perempuan pada umumnya, perlu belajar dan mempersiapkan diri tampil dan mengisi kantong – kantong politik yang ada di negeri ini, agar dapat menyuarakan kebijakan yang berbasis pada kebutuhan perempuan. sangat sedikit perempuan muda ada dalam kepengurusan partai politik, LSM, ormas dan lembaga non formal lainya dalam jabatan – jabatan tertentu yang seharusnya perempuan. Pada hal disanalah perempuan belajar agar lebih siap berpartisipasi dalam pembangunan dan politik.

Tulisan ini sebagai uraian gagasan dan pemikiran penulis, mengapresiasi keberanian perempuan muda tampil di panggung politik, semoga lahir Mutmainah berikutnya, perempuan yang menggagas politik jalan perubahan bagi darah yang lebih baik, menuju Kota Bima AMANAH.

Jargon AMANAH….. yang digagas bersama pasanganya, seolah menawarkan kepada masyarakat Kota Bima, jika kita mau berubah untuk lebih maju, maka pemimpin atau politisi harus amanah. Sebuah harapan yang luhur manjadi cita – cita dalam membangun Kota Bima yang lebih baik.

Penulis, Bang Ady, Akademisi Kebijakan Publik Universitas Mbojo Bima – NTB.

(**").